Blog Tode Samawa: November 2012

Laman

Friday, November 30, 2012

Makanan Khas Sumbawa


1. Singang

Pulau Sumbawa, utamanya Kabupaten Sumbawa, selain dikenal daerah yang kaya bahan tambang dan sentra peternakan, ternyata juga memiliki khazanah kuliner yang sangat menggugah selera. Salah satu khazanah kuliner itu adalah Singang.
Singang, begitulah masyarakat di Sumbawa menamai masakan tradisional berbahan ikan segar ini. Ikan segar yang dibumbui dengan berbagai macam rempah tersebut selintas mirip dengan gulai ikan karena kuahnya.
Dari tampilannya saja, kuah Singang sudah cukup menggugah selera. Warna kuah yang kekuningan dipadu dengan warna hijau daun kemangi dan warna merah cabe rawit, menjadikan menu masakan ini terlihat segar.
Sementara rasa kuah Singang yang didalamnya ada asam Jawanya, terasa agak asam, tapi sangat lezat.
    
Untuk bisa menikmati menu masakan ini di Sumbawa tidak terlalu sulit, karena cukup banyak warung makan di sumbawa yang menyediakan menu yang satu ini. Salah satu warung yang sudah lama menyajikan masakan khas ini berada di dekat monumen arah kota Sumbawa.
    Singang, menurut pengelola warung makan di Sumbawa, berbahan ikan segar. Ikan yang dipilih boleh apa saja. Namun, mereka menganjurkan menggunakan ikan bandeng atau  kakap.
     Sebelum dimasak, ikan dipotong-potong sesuai selera.   Sedangkan bumbu-bumbu yang dibutuhkan seperti cabe rawit,  bawang putih & bawang merah,  kemiri,  kunyit untuk menghilangkan bau dan memberi warna masakan
,  asam Jawa secukupnya,  minyak goreng secukupnya, daun kemangi
, cabe rawit ijo dan  air secukupnya
    Untuk memasaknya,  semua bumbu dihaluskan, mencapurkan asam Jawa dengan air putih, memanaskan minyak goreng untuk menumis bumbu hingga baunya harum. Setelah itu, masukan air asam Jawa  hingga mendidih, masukan ikan hingga mengental
.
     Langkah berikutnya,  memmasukkan cabe rawit kemangi ( tidak perlu terlalu lama), diangkat dan dituangkan ke dalam mangkuk dan siap dihidangkan bersama nasi putih.  Singang sangat nikmat disajikan dalam keadaan panas.


2. Sepat
Provinsi Nusa Tenggara Barat, terutama Pulau Lombok biasanya hanya terkenal dengan ayam Taliwang. Namun di Pulau Sumbawa tepatnya di Kabupaten Sumbawa, juga menyimpan kuliner khas lain yakni ikan kuah sepat khas Sumbawa. Ikan celup kuah sepat adalah ikan bakar yang disajikan dengan nasi putih, sambal tomat dan irisan mentimun. Ikan yang dipilih biasanya adalah jenis kakap dan baronang serta berukuran sedang. Kuah sepat terbuat dari terong, mangga muda, daun aru dan ketimun belimbing wuluh, tomat, kemiri dan asam Sumbawa. Bahan ditaruh di dalam mangkuk kemudian dituangi air. Kuah sepat disajikan tanpa dimasak lebih dahulu. Ini menjadikan kuah ini terasa asam segar. Rasanya seperti acar. Bedanya, asam kuah ini alami dari bahannya, bukan karena cuka.
Masakan yang menggunakan kuah sepat bisa disebut ikan celup kuah sepat karena cara memakannya. Daging ikan disuwir, dicelupkan ke kuah sepat lalu dicocolkan di sambal tomat, baru dimakan.
Saat menyentuh lidah, rasanya lengkap. Ada rasa manis dari ikan bakar, asam kuah sepat serta pedas dari sambal tomat. Semua papila lidah mencecap masakan. Kita akan berpikir, masakan ini lezat.
Ikan kuah sepat paling pas disantap saat makan siang. Nasi putih pulen berpadu dengan citarasa masakan ikan memberi kenikmatan dan pasokan energi setelah tenaga dikuras.
Sembari menyantap ikan kuah sepat, paling pas ditemani kelapa muda utuh dengan perasan jeruk nipis. Hmm... siang bolong nan terik jadi terasa sejuk dan segar.
Ikan kuah sepat bisa dicicipi bila Anda berkunjung ke Pantai Goa di Kabupaten Sumbawa. Warung-warung di pinggir pantai yang menyajikan kreasi kuliner ini sambil menikmati indahnya panorama pantai Tanjung Pengamas.

Sepat adalah masakan khas daerah Sumbawa, rasanya asam - asam segar. Biasanya di bulan puasa, 30 hari puasa maka 30 hari sepat hadir menemani berbuka.
masakan yang satu ini terbuat dari ikan yang diiris medium size dan dibakar. Lalu dihidangkan dengan kuah dengan bumbu-bumbu yang begitu lezat. Ibu- ibu yang ngidam selalu pengennya sepat, makanan ini populer di Sumbawa. Memang inilah salah satu resep masakan khas daerah Sumbawa.

3. Gecok
Gecok merupakan salah satu masakan khas Sumbawa yang berbahan utama daging dan jeroan sapi.
dihidangkan dengan cara seperti ditumis dan dibalut dengan parutan kelapa berbumbu.
kesan garing, renyah, dan gurih menyelimuti makanan khas Sumbawa ini.

BAHAN
1) Hati sapi ½ kg
2) Daging ½ kg
3) Jeroan ½ kg
4) Minyak goreng ¼ botol
5) Kelapa ½ butir

BUMBU
1) Bawang merah 1 ons
2) Sereh 4 batang
3) Bawang putih 5 siung
4) Jeruk nipis ½ butir
5) Lombok merah 5 buah
6) Asam 4 mata
7) Lombok rawit 3 buah
8 ) Daun jeruk purut 1 lembar
9) Kemiri 5 biji
10) Belimbing wuluh 5 buah
11) Lada 5 biji
12) wijen 10 sendok makan
13) Laos 1 potong

CARA PEMBUATAN
1) Hati, daging, jeroan direbus lalu diiris-iris.
2) Kelapa diparut, sebagian dibuat santan, sebagian disangan dan dihaluskan.
3) Wijen disangan dan dihaluskan.
4) Lada, garam, bawang merah, bawang putih, lombok rawit, kemiri dihaluskan, ditumis, dimasukkan laos dan sereh.
5) Santan dan kelapa sangan dimasukkan, dibiarkan sampai kental lalu diangkat, dibiarkan sampai dingin dan wijen dimasukkan.
6) Bawang merah, lombok merah, daun jeruk purut diiris-iris, lalu digoreng. Belimbing diiris bulat-bulat.
7) Daging, hati, jeroan dan sebagian bumbu yang digoreng dan bumbu yang ditumis dicampur.
8 ) Masakan ini dihiasi dengan bumbu yang digoreng (no.6).

Wednesday, November 28, 2012

Download Lagu Samawa

-->
-->Download lagu dalam album Samawa “LOSONG”

-->
    1.        Losong

    2.      Ela Bate Tarang Tajo

    3.       Kemang Bilin Poto

    4.      Kemang Kuning

    5.      Sumpeng Kemang

    6.      Tangar Do
 


Download Buku

Riyadhus Salihin Buku 1 & 2
Download

Download Buku 2
Novel Ayat-ayat Cinta

Download

Ketika Mas Gagah Pergi
Download

Tuesday, November 27, 2012

Panorama Alam Tana Samawa

Obyek Wisata Ai Beling

Obyek Wisata Pulau Moyo

Air Terjun Mata Jitu Pulau Moyo

Obyek Wisata SEMONGKAT

Pantai Batu GONG

Sunrise BADAS




Sejarah Dalam Loka (Istana Tua) Sumbawa





Pulau Sumbawa yang terletak di Propinsi NTB, telah didiami manusia sejak zaman glasiasi (1 Juta tahun yang lalu), dan mengawali masa sejarahnya mulai abad 14 Masehi ketika terjadi hubungan politik dengan kerajaan Majapahit yang saat itu berada di bawah kepemimpinan raja Hayam Wuruk dengan Maha Patihnya yang terkenal, Gajah Mada (1350-1389). Pada saat itu di Sumbawa di kenal adanya kerajaan Dewa Awan Kruing, yang memiliki vassal (kadipaten) yaitu kerjaan Jereweh, Taliwang, dan Seran. Raja terakhir dari kerajaan Dewa Awan Kuning yang bersifat Hinduistis adalah Dewa Majaruwa, yang kemudian memluk agama Islam. Perubahan agama ini berkaitan dengan adanya hubungan dengan kerajaan Islam pertama di Jawa, yakni kerajaan Demak (1478-1597). Kemudian pada tahun 1623 kerjaan Dewa Awan Kuning ini takluk kepada kerajaan Goa dari Sulawesi Selatan.
Hubungan dengan kerajaan Goa kemudian diperkuat dengan perkawinan silang sebagai berikut :
Pada 24 Desember 1650, raja Sumbawa, Mas Dini, menikah dengan puteri raja Tallo. Kemudian pada 29 Juni 1684, Mas Bantam, pendiri kerajaan Sumbawa dinasti Dewa Dalam Bawa bergelar Sultan Harunnurasyid I (1674-1702), menikah dengan putri raja Goa. Selanjutnya, putera kedua Sultan Harunnurasyid I, Mas Madina, yang kemudian menjadi raja dengan gelar Sultan Jalaluddin Muhammad Syah I (1702-1723), menikahi puteri raja Goa lainnya.
Pernikahan silang antar kerajaan ini dapat dikatakan sebagai perkawinan politik antar kerajaan Goa dengan kerajaan Sumbawa.
Adapun Raja Sumbawa yang berkaitan langsung dengan pembangunan Istana Dalam Loka adalah Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (1883-1931), yang merupakan Sultan ke-16 dari dinasti Dewa Dalam Bawa. Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III ini mendapat peneguhan sebagai penguasa Sumbawa berdasarkan akte Pemerintah Kolonial Hindia Belanda tanggal 18 Oktober 1885 dan mulai saat itulah penjajahan kerajaan Belanda berlangsung secara efektif di wilayah kerajaan Sumbawa.
Luas wilayah kerajaan Sumbawa berdasarkan Lange Politick Contract 1938 adalah 844 km2, yang secara gegrafis merupakan sebagian dari Pulau Sumbawa yang terletak pada posisi 1160 35’BB – 1180 15’ BT dan 80 5’ BU-90 5’-LS.
Lokasi Istana Dalam Loka padas saat ini terletak di dalam Kota Sumbawa Besar, menunjukkan bahwa kota ini memang sejak dahulu kala merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian di wilayah tersebut. Istana Tua “Dalam Loka” dibangun pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III, tepatnya pada thun 1885. Sebelum istana ini dibangun, kerajaan Sumbawa telah bebeap kali berganti istana, antara lain pernah dikenal “Istana Gunung Setia,” “Istana Bala Balong dan Istana Bala Sawo”.
Bala Rea (Graha Besar) yang terletak di dalam komplek istana “Dalam loka” berbentuk rumah panggung kembar, disangga 99 tiang jati yang melambangkan 99 sifat Allah (Asma’ul Husna). Istana ini selain untuk menempatkan raja pada posisi yang agung, juga sebagai pengganti Istana Bala Sawo yang hangus terbakar letusan bubuk mesiu logistik kerjaan. Bangunan Bala Rea ini menghadap ke selatan lurus kedepan alun-alun, ke arah bukit Sampar yang merupakan situs makam para leluhur. Disebelah barat alun-alun terdapat Masjid kerajaan, Masjid Nurul Huda yang masih berdiri hingga sekarang, dan di sebelah timur komplek isatana megalir sungai Brang Bara ( sungai di sekitar kandang kuda istana).
Bahan baku pembangunan istana Dalam Loka ini sebagian besar didatangkan dari pelosok-pelosok desa di sekitar istana. Khusus untuk kayu jati ukuran besar didatangkan dari hutan Jati Timung, sedangkan atapnya yang terbuat dari seng didatangkan dari Singapura. Pekerjaan pembangunan istana ini dipimpin oleh Imam Haji Hasyim.
Bala Rea ini memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing. Antara lain sebagai berikut :
1. Lunyuk Agung, terletak di bagian depan. Merupakan ruangan tempat dilangsungkannya musyawarah, resepsi, dan serangkaian kegiatan penting lainnya.
2. Lunyuk Mas, adalah ruangan khusus bagi permaisuri, para isteri menteri dan staf penting kerajaan ketika dilangsungkan upacara adat. Letaknya bersebelahan dengan Lunyuk Agung.
3. Ruang Dalam sebelah barat, terdiri dari kamar-kamar yang memanjang dari arah selatan ke utara sebagai kamar peraduan raja (Repan) yang hanya di sekat kelambu dengan ruangan sholat. Di sebelah utara Ruang Dalam merupakan kamr tidur Permaisuri bersama dayang-dayang.
4. Ruang Dalam sebelah timur, terdiri atas empat kamar, diperuntukkan bagi putra/putri Raja yang telah berumah tangga. Di ujung utaranya adalah letak kamar pengasuh rumah tangga.
5. Ruang Sidang, terletak pada bagian utara (bagian belakang) Bala Rea. Pada malam hari ruangan ini digunakan sebagai tempat tidur para dayang.
6. Dapur terletak berdampingan dengan ruang perhidangan.
7. Kamar mandi, terletak di luar ruang induk, yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
8. Bala Bule, letaknya persis di depan ruang tamu permaisuri (Lunyuk Mas), berbentuk rumah dua susun. Lantai pertama yang sejajar dengan Bala Rea sebagai tempat putra/putri raja bermain, sedangkan lantai dua untuk tempat Permaisuri beserta istri para bangsawan menyaksikan pertunjukkan yang dilangsungkan di lapangan istana.
Diluar bangunan Bala Rea yang kini dikenal sebagai Dalam Loka, sebagai kesatuan dari keseluruhan komplek Istana (Dalam), pada zaman dahulu masih terdapat beberapa bagian penting istana, yakni Keban Alas (kebun istana), Bala Buko (gapura) tembok istana, Bale Jam (rumah jam), tempat khusus diletakannya lonceng kerajaan.
Sejak dibangunnya istana baru, pada tahun 1932 (istana kerjaan yang sejak tahun 1954 difungsikan sebagai rumah dinas “Wisma Praja” Bupati Sumbawa), keadaan Bala Rea sebagai bangunan utama dari komplek istana dalam loka, sudah tak layak ditempati dan mulai ditinggalkan keturunan kerjaan sebagai penghuninya sehingga terlantar begitu rupa. Maka tak heran bila ketika mulai dipugar kembali oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 1979, melalui Proyek Sasana Budaya-Budaya sejak tahun anggaran 1979/1980 sampai dengan tahun anggaran 1984/1985 ,kondisinya sedemikian memprihatinkan—semak belukar menutupi keseluruhan areal Bala rea ini.
Setelah rampung dipugar, berdasarkan rekomendasi Direktorat Purbakala melalui surat No. 005/c.1/F5.1/43 tertanggal 2 April 1993, pemerintah Kabupaten Sumbawa memanfaatkannya sebagai museum daerah dengan nama “Museum Dalam Loka”.
Kenyataannya kini, Dalam Loka nampak sudah tidak berdiri lagi di sebrang timur Masjid Jami Nurul Huda, di antara himpitan permukiman yang kian padat. Konon Dalam Loka tengah dipugar kembali sebagai anggaran kerja dari Proyek Pelestarain Sejarah dan Purbakala Propinsi Nusa Tenggara Barat sejak tahun 2001 bekerjasama dengan pemerintah Jepang.
Sumber:
Proposal Proyek Pemugaran Istana “Dalam Loka” Tua Sumbawa Tahun 2001
Oleh  Bari Marginal
Diposting di Grup Facebook Samawa Sabalong Samalewa
About these ads