REKAM JEJAK
LAKSAMANA MADYA TNI. H. L. MANAMBAI ABDULKADIR
(28 November 1928 – 15 Februari 1995)
SANG INSPIRATOR DAN MOTIVATOR
Tanggal 28 November 1928, tepat 80 tahun yang lalu, seorang putra
bangsa dilahirkan. oleh kedua orangtuanya, H. Lalu Tunruang (Adipati
Kesultanan Sumbawa) dan Hj. Lala Siti Zubaidah. Bayi laki-laki itu
diberi nama kesayangan, Anam, atau lengkapnya, Lalu Manambai Abdulkadir.
Anam kecil inilah, yang kemudian tumbuh dan berkembang, dalam
lingkungan keluarga yang hangat dan saudara-saudaranya yang begitu
saling mengasihi. Diantaranya Lala Siti Misbah L. Cong, H. Lalu Madilaoe
ADT. (Mantan Bupati Sumbawa, Periode 1960-1965, 1979-1984, dan
1984-1989), H. Lalu A. Azis LT. (Mantan Ketua DPRD Sumbawa, Periode
1971-1977), Hj. Lala Siti Atikah LT, BA. (Mantan PNS dan Mantan Anggota
DPRD Sumbawa, Periode 1967-1971) serta Hj. Lala Siti Fatimah LT. Alwi
Zain (Mantan Anggota DPRD Sumbawa, Periode 1987-1992 yang juga seorang
wiraswastawan).
Sejak kecil, Manambai Abdulkadir telah menunjukkan
jiwa kepemimpinan yang cukup menonjol dibandingkan anak seusianya.
Dengan kepribadian yang sangat kuat, Anam kecil sejak usia sangat belia,
sekitar usia 6 tahun, sudah dikirim oleh kedua orangtuanya untuk
menempuh pendidikan HIS/ELS di Bima. Yang mana pada waktu itu jarak
Bima-Sumbawa dapat ditempuh hingga 7-8 hari perjalanan dengan
mengendarai kuda, melalui jalan setapak.
Setelah menamatkan HIS/ELS
di Bima-Mataram (1934-1941), Manambai melanjutkan Pendidikannya
setingkat SMP di Surabaya. Di kota Pahlawan inilah, Manambai kemudian
bersentuhan dengan para aktifis pergerakan kemerdekaan yang kemudian
bergabung menjadi anggota TRIP Jawa Timur dibawah pimpinan Mas Isman,
pada tahun 1941 hingga 1944.
Tahun 1944, Manambai muda melanjutkan
pendidikannya ke SMA dan pindah ke Yogya dan Cirebon. Di kota yang baru
ini pula, Manambai menemukan komunitasnya sebagaimana kelompok
pemuda-pelajar pergerakan kemerdekaan di Surabaya, Jawa Timur. Karena
jiwa kepemimpinannya yang sangat menonjol, tak lama kemudian, Manambai
didaulat oleh rekan muda seperjuangannya, menjadi Komandan Gerilyawan
Kemerdekaan Republik Indonesia, Pangkalan III Cirebon. Hingga
kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Bung Karno di Jakarta, pada
tgl 17 Agustus 1945.
Setelah proklamasi kemerdekaan, kondisi politik
Indonesia semakin mengalami tekanan dari penjajah. Dengan tekad untuk
membela kemerdekaan yang telah diproklamasikan itulah, Manambai
Abdulkadir memutuskan untuk kembali ke medan perjuangan dengan masuk
sebagai Taruna Angkatan Perang, dengan Pangkat Calon Letnan.
Dari
seorang Calon Letnan pada tahun 1946 itulah, perjalanan Manambai
ditapaki di jalur militer (Angkatan Laut) hingga purna-tugas tahun 1983
dengan pangkat terakhir Laksamana Madya TNI (Bintang Tiga).
Bersama
isteri tercintanya, (Almarhumah) Hj. Felicitas Abdulkadir, H. L.
Manambai Abdulkadir dikaruniai 6 (enam) orang permata hati, yaitu: H.
Hanny Firmansyah Abdulkadir (Wiraswastawan, tinggal di Jakarta), Dr. Ade
Elaine Farida Maharani Abdulkadir (Wiraswastawan, tinggal di Norwegia),
H. Andi Firmansyah Abdulkadir (Pengusaha, tinggal di Jakarta), AKBP.
Drs. H. Iwan Rahmansyah Abdulkadir, DIS. (Perwira Menengah Mabes Polri,
di Jakarta), dan Erwin Zulkarnainsyah Abdulkadir (Almarhum), serta
Yulian Ahmadsyah Abdulkadir (Almarhum).
Selama di TNI Angkatan laut,
Lalu Manambai Abdulkadir, telah menempati berbagai posisi strategis,
baik penugasan di laut maupun di darat. Mulai dari Komandan Komando
Jenis Kapal Selam (Dankojenkasel), Panglima Armada (Pangarma) Laut
Republik Indonesia, hingga Deputy Kepala Staf Angkatan Laut (DEKASAL)
Republik Indonesia.
Tugas negara yang cukup heroik dan monumental
adalah ketika Komodor Laut (Bintang Satu), Manambai Abdulkadir
ditugaskan sebagai Komandan Komando Satgas Kapal Selam Armada Laut
Republik Indonesia dalam Operasi Mandala dalam rangka Pembebasan Irian
Barat bersama Komodor Laut, Yos Sudarso. Yang dalam operasi itu, KRI.
Macan Tutul (yang dipimpin Yos Sudarso), dibom oleh Belanda, dan Komodor
Laut, Yos Sudarso pun gugur di laut Arafuru.
Tugas negara lainnya
adalah, ketika Presiden RI Pertama, Bung Karno menugaskannya untuk
menjemput Kapal Selam hasil kerjasama Pemerintah Uni Sovyet dan
Pemerintah Indonesia ke Polandia pada tahun 1958, yang mengantarkan
Manambai sebagai Putra Indonesia pertama, yang mendapatkan Sertifikasi
Kualifikasi Pendidikan Kapal Selam dan Pelatihan Persenjataan Bawah
Laut, dengan predikat kelulusan terbaik, “Summa Cumlaude” (Sangat
Terpuji), setelah melalui pendidikan selama 1,5 tahun (1958-1959), di
Sekolah Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Polandia.
Pengakuan yang
sama diberikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat, dengan
menganugerahkan Submarine Qualificatio Certificate (Sertifikat
Kualifikasi Kapal Selam), kepada Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai
Abdulkadir, yang ditanda-tangani dan diserahkan oleh Komandan Komando
Kawasan Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat (Commander US Navy In
Chief Pacifik), Admiral Jhon S. McCain Jr, pada tanggal 21 November
1968. (Sekarang Senator Jhon S. McCain, Mantan Calon Presiden AS).
Tak
heran bila sekembali dan setibanya di Indonesia, dengan membawa Kapal
Selam bantuan Pemerintah Uni Sovyet tersebut, tidak kurang dari Presiden
Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik
Indonesia (PANGTI APRI), Bung Karno (yang sering menjulukinya “Koboi
dari Sumbawa”), dan Panglima Operasi Mandala, Mayor Jenderal TNI.
Soeharto, waktu itu menjemputnya langsung di atas Kapal Selam, yang
kemudian diberi nama KRI. Nanggala 402.
Selain tugas tersebut di
atas, Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai Abdulkadir pernah ditugaskan
sebagai Komandan Komando Satuan Tugas Khusus RI di Pakistan, Panglima
Armada Latgab ALRI dengan Angkatan Laut Australia, Panglima Armada
Latgab ALRI dengan Angkatan Laut Pakistan dan Panglima Armada Latgab
ALRI dengan Angkatan Laut India, serta tugas-tugas penting-strategis
lainnya.
Selama rentang pengabdiannya kepada bangsa dan negara,
Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai Abdulkadir dianugerahi 23 buah
Bintang Tanda Jasa dan Bintang Kehormatan dari negara. Serta mendapat
kepercayaan dari Pemerintah diberbagai jabatan penting dan strategis.
Baik dalam Korps Angkatan Laut dan Kesatuan TNI maupun dalam jabatan
sipil-kekaryaan lainnya.
Manambai juga berulang kali mendapat
kepercayaan untuk mewakili kepentingan Pemerintah, Negara dan Bangsa
Indonesia dalam berbagai forum internasional. Diantaranya ke Polandia,
Rusia, Amerika Serikat, Belanda, Prancis, Italia, Negara-negara Eropa,
Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand, India, Pakistan,
Negara-negara Asia dan Kawasan Afrika dan Negara-negara Timur Tengah.
Manambai
pun kini telah tiada, ia telah terbaring tenang diantara rekan-rekan
seperjuangannya, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta.
Kiprah
dan catatan perjuangannya telah menorehkan kebanggaan tersendiri bagi
kita semua, sebagai Tau Tana Samawa. Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai
Abdulkadir, telah menorehkan sejarah panjang perjalanan hidup dan
kariernya, baik sebagai putra Samawa, maupun sebagai putra bangsa dan
pejuang nasional.
Baik dalam penugasan selama dinas aktif di TNI
Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Madya, sebagai Komandan
Komando Jenis Kapal Selam (Dankojenkasel) pada 1962-1965, Panglima
Armada (Pangarma) Laut Republik Indonesia, merangkap Panglima Armada
Strategis Angkatan Laut, tahun 1966-1969, Deputy Kepala Staf Angkatan
Laut (DEKASAL), tahun 1969-1973, maupun dalam jabatan kekaryaannya
sebagai Wakil Ketua Otorita Asahan (1984-1989), Sekretaris Jenderal
Departemen Perdagangan dan Koperasi Republik Indonesia (1978-1983),
serta sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Ambassador
Extraordinary and Plenipotentiary) Republik Indonesia untuk Pemerintah
Tanzania, merangkap Duta Besar untuk Kenya, Zambia, Uganda, Republik
Mauritius, Republik Malawi, Republik Rwanda, Republik Burundi dan Uni
Comorros, yang berpusat di Dar-es Salaam-Tanzania dan di Lusaka-Zambia
(Afrika Timur), pada tahun 1974 hingga 1978.
Prestasi sukses dan
kebanggaan gemilang ini patut dicatat dan diabadikan dengan tinta emas,
sehingga tidak berlalu dan hilang begitu saja (siapa lagi yang akan
menghormati para pejuang dan pendahulunya, kalau bukan kita), guna
diambil hikmah dan manfaat positifnya oleh masyarakat Tana Samawa pada
umumnya, dan generasi muda Sumbawa pada khususnya. Sehingga dapat
menjadi inspirasi, motivasi dan kebanggaan bersama, untuk kemudian
menjadi pendorong semangat, daya pacu dan rasa percaya diri, bahwa
ternyata sumberdaya manusia Samawa pun, memiliki keunggulan-keunggulan
yang patut dibanggakan, sebagaimana prestasi yang pernah dicatat dan
dipatrikan kepada kita semua, oleh Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai
Abdulkadir.
Selamat Hari Lahir ke 80 Laksamana Madya TNI. H. L.
Manambai Abdulkadir. Semoga catatan sejarah panjang perjuangan beliau
dapat menjadi hikmah bagi kita generasi penerusnya. Selamat berbaring
tenang pahlawanku, doa kami semua untukmu, Engkaulah sang inspirator dan
motivator bagi kami semua dalam memberikan pengabdian terbaik kami bagi
daerah ini dan bangsa ini.
Dan pada tanggal 22 Januari 2008 yang
lalu, tepat pada Hari Ulang Tahun Kabupaten Sumbawa yang ke 49,
Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal) VII, Laksamana
Pertama TNI. Agus Setiawan Basuki, atas nama Kepala Staf Angkatan Laut
Republik Indonesia, Laksamana TNI. Sumardjono, atas nama kami dan atas
nama kita semua, akan membuka selubung patung kehormatanmu, sebagai
bukti dari sebuah kebangkitan kami semua di daerah ini, sebagai sebuah
insipirasi, sebuah motivasi dan bangkitnya kesadaran baru, untuk
memberikan pengabdian terbaik kami bagi daerah, bangsa dan negeri ini.
Hari ini Manambai Abdulkadir telah tiada, pada tanggal 15 Februari
1995, (pada usia 66 Tahun lebih 3 bulan), beliau dipanggil menghadap
Sang Khalik. Diiringi doa dan tumpahan keharuan para kerabat dan kita
semua, pada tanggal 16 Februari 1995, dalam sebuah upacara kebesaran
militer, diiringi tembakan salvo kehormatan dan berselimutkan bendera
merah-putih, sebagai tanda keagungan dan kebesaran, beliau diantarkan ke
tempat peristirahatannya yang tenang dan damai, di Taman Makam Pahlawan
(TMP) Kalibata, Jakarta. Selamat jalan, do’a kami semua untukmu.
(Sumbawa Besar, 22 Januari 2009. Dihimpun dan disarikan dari berbagai
sumber oleh: NURDIN RANGGABARANI. Ketua Umum Yayasan Sumbawa Bangkit.
Penggagas, sekaligus pendiri dan pengelola Museum Bahari Laksamana Madya
TNI. H. L. Manambai Abdulkadir – Sumbawa Besar).
Keterangan Tambahan :
1. Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai
Abdulkadir, Lahir di Sumbawa Besar 28 November 1928. Wafat di Jakarta 15
Februari 1995, dalam usia 66 tahun lebih 3 bulan, dan dikebumikan di
TMP Kalibata Jakarta pada 16 Februari 1995. Tahun 2008 ini, Manambai
genap berusia 80 Tahun.
2. Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai Abdulkadir, tercatat sebagai pemegang record satu-satunya Perwira Tinggi
Termuda. Mencapai pangkat Komodor Laut (Bintang Satu) pada usia 36 Tahun dan mencapai pangkat Laksamana
Madya (Bintang Tiga) pada usia 42 Tahun. Yang tidak pernah dicapai oleh Perwira Tinggi lainnya hingga saat ini.
3.
Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai Abdulkadir, adalah kolega dan
sahabat akrab Admiral Jhon S. McCain (Mantan Calon Presiden Amerika
Serikat yang berpasangan dengan Sarah Palin), sewaktu McCain menjabat
sebagai Panglima Komando Kawasan Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat
(Commander US Navy In Chief Pacifik), dibuktikan
dengan adanya
komunikasi dan korespondensi yang intensif berupa beberapa buah surat
yang dikirimkan oleh McCain dari Francisco tertanggal 19 November 1969
dan Kartu Pos yang dikirim dari Pangkalan Angkatan Laut AS di
Okonawa-Jepang tertanggal 7 Agustus 1971, kepada Manambai, yang
menggambarkan kedekatan dan kehangatan hubungan mereka. (Surat dan Kartu
Pos McCain dapat dilihat di Museum Bahari Laksamana Madya TNI. H. L.
Manambai Abdulkadir - Sumbawa Besar).
4. Admiral Jhon S. McCain, Panglima Komando Kawasan Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat (Commander US Navy In
Chief Pacifik), bersama istrinya pernah mengunjungi Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai Abdulkadir di Surabaya
pada tahun 1969, pada saat Manambai menjabat sebagai Panglima Armada (Pangarma) Laut Republik Indonesia.
Dibuktikan oleh surat McCain yang menyatakan terima kasih dan kepuasannya atas pelayanan serta keramah
tamahan Manambai dan isteri selama kunjungan McCain dan isterinya ke Surabaya. (Surat McCain dapat dilihat di
Museum Bahari Laksamana Madya TNI. H. L. Manambai Abdulkadir - Sumbawa Besar).
Sumber : http://www.sumbawanews.com/node/4381